Senin, 31 Januari 2011

9 alat musik misterius








1. Harmonika Kaca
Harmonika kaca ini dibuat dengan bahan mangkuk kaca berbagai ukuran. Nah karena terbuat dari kaca harmonika ini termasuk jenis Crystallophone. Alat musik ini ditemukan oleh musisi dari Irlandia bernama Richard Puckeridge. Alat musik ini dimainkan dengan cara menggesekkan jari pada kaca yang telah dibasahi terlebih dulu.

2. Seruling Bulet
Ditemukan oleh James Johnson, setelah melalui penelitian selama 11 tahun. Dia terinspirasi oleh Cantonese seorang musisi yang sangat berbakat bermain seruling. James sering bermimpi untuk menciptakan alat musik ini hingga akhirnya dia mampu mewujudkan impiannya itu.

3. Trompet Raksasa: 34 kaki
Terompet Raksasa, dibuat pada awal abad ke -20 di kota Besson, London. Terompet ini panjangnya 34 kaki, beratnya 56 kg, dan dengan tinggi hampir 8 kaki.
Nada terendah yang dapat dimainkan instrumen ini adalah Bb 3 oktaf di bawah nada, atau nada kedua paling rendah pada piano modem (29.14 Hz).

4. Harpa Angin
Merupakan salah satu warisan Yunani Kuno (pertengahan 6 SM). Harpa ini sangat langka, karena merupakan satu-satunya harpa yang cara memainkannya adalah dengan tiupan angin. Melalui bantuan angin harpa ini bisa menghasilkan deretan nada mulai dari terendah hingga nada nada sopran yang nyaring.

5. Organ Gedung Atlantic City: Alat musik terbesar dan terkeras di dunia
Organ berbentuk lingkaran ini terdapat di Auditorium Boardwalk Hall di Atlantic City, New Jersey, ditemukan oleh perusahaan pembuat organ the Midmer-Losh Organ Compan. Gedung pertemuan Atlantic City sendiri merupakan gedung pertemuan paling besar di dunia yang mampu menampung sekitar 41000 orang di bagian utamanya. Organ terbesar di dunia ini memiliki 33.112 pipa termasuk 64 kaki Diaphone Profunda,dan pedal manual yang terletak di bawah tekanan angin tiap 100 inchinya.

6. Organ Lautan: Dimainkan oleh laut.
Organ Lautan atau yang disebut dengan morske orgulje ini terletak di pantai Zadar, Kroasia, dan merupakan organ pertama di dunia yang dimainkan oleh ombak laut. Di sini terdapat 35 tabung musik yang berupa lubang terbuka di setiap sisinya. Saat air laut menyentuh bagian organ, akan menciptakan suara-suara manis yang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kecepatan, kapasitas ombak, dan ukuran ombak yang menghantamnya. Arsitektur alat musik ini dikerjakan oleh pemahat Dalmatian dan sang Arsitek Nikola basic pada tahun 2005.

7. Gitar Nano: gitar terkecil di dunia

Gitar terkecil di dunia ini mempunyai panjang 10 mikrometer, hampir sama dengan panjan satu buah sel manusia. Sedangkan senarnya sepanjang 50 nanometer satau setar dengan panjan 100 atom.Dibuat oleh para peneliti di Universitas Cornell, US sebagai wujud generasi baru dari alat-alat musik di dunia. Namun alat ini hanya bisa dimainkan dengan alat mikroskopik khusus dan nadanya pun tidak mungkin didengar oleh telinga biasa.

8. Piano LEGO
Piano ini dibangun oleh Henry Lim, selain senar pianonya, seluruh bagian instrumen ini dibuat dengan menggunakan potongan-potongan LEGO baik keyboard, jack, rak piano, pin, dan jarum-j arumnya semua disusun dengan rapi olehnya.Instrumen yang berukuran 6 X 3 kaki ini berbobot hampir 75 kg dan hampir menghampiskan sebanyak 100ribu potongan LEGO.

9. Jalan Musik: main musik sepanjang jalan
Dibuat beberapa tahun yang lalu di Jepang, oleh anggota peneliti industri di Hokkaido. Berupa arsiran yang diukir di sepanjang jalan yang apabila kita melintas di atasnya makan akan tercipta alunan alunan musik yang indah. Instrumen ini merujpakan ide dari mr. Shinoda , seorang yang terinspirasi dari kerusakan jalan di daerah sekitar rumahnya. Dengan berbagai persiapan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya terciptalah karya mengagumkan ini. Hasilnya, Jalan Musik yang terukir lubang dengan lebar 6mm dan terpisah tiap jarak 12 mm yang mampu penciptakan dengungan musik nan indah.

Rabu, 26 Januari 2011

MUSIK REGGAE

SEJARAH MUSIK REGGAE

"Musik Jamaica Pendahulu"


Menurut
sejarah Jamaica, budak yang membawa drum dari Africa disebut "Burru"
yang jadi bagian aransemen lagu yang disebut "talking drums" (drum yang
bicara) yang asli dari Africa Barat. "Jonkanoo" adalah musik budaya
campuran Afrika, Eropa dan Jamaika yang terdiri dari permainan drum,
rattle (alat musik berderik) dan conch tiup. Acara ini muncul saat
natal dilengkapi penari topeng. Jonkanoos pada awalnya adalah tarian
para petani, yang belakangan baru disadari bahwa sebenarnya mereka
berkomunikasi dengan drum dan conch itu. Tahun berikutnya, Calypso dari
Trinidad & Tobago datang membawa Samba yang berasal dari Amerika
Tengah dan diperkenalkan ke orang - orang Jamaika untuk membentuk
sebuah campuran baru yang disebut Mento. Mento sendiri adalah musik
sederhana dengan lirik lucu diiringi gitar, banjo, tambourine, shaker,
scraper dan rumba atau kotak bass. Bentuk ini kemudian populer pada
tahun 20 dan 30an dan merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang
menarik perhatian seluruh pulaunya. Saat ini Mento masih bisa dinikmati
sajian turisme. SKA yang sudah muncul pada tahun 40 - 50an sebenarnya
disebutkan oleh History of Jamaican Music, dipengaruhi oleh Swing,
Rythym & Blues dari Amrik. SKA sebenarnya adalah suara big band
dengan aransemen horn (alat tiup), piano, dan ketukan cepat "bop". Ska
kemudian dengan mudah beralih dan menghasilkan bentuk tarian "skankin"
pad awal 60an. Bintang Jamaica awal antara lain Byron Lee and the
Dragonaires yang dibentuk pada 1956 yang kemudian dianggap sebagai
pencipta "ska". Perkembangan Ska yang kemudian melambatkan temponya
pada pertengahan 60an memunculkan "Rock Steady" yang punta tune bass
berat dan dipopulerkan oleh Leroy Sibbles dari group Heptones dan
menjadi musik dance Jamaika pertama di 60an.

"Reggae N Rasta"

Bob
Marley tentunya adalah bintang musik "dunia ketiga" pertama yang jadi
penyanyi group Bob Marley & The Wailers dan berhasil memperkenalkan
reggae lebih universal. Meskipun demikian, reggae dianggap banyak orang
sebagai peninggalan King of Reggae Music, Hon. Robert Nesta Marley.
Ditambah lagi dengan hadirnya "The Harder they Come" pada tahun 1973,
Reggae tambah dikenal banyak orang. Meninggalnya Bob Marley kemudian
memang membawa kesedihan besar buat dunia, namun penerusnya seperti
Freddie McGregor, Dennis Brown, Garnett Silk, Marcia Fiffths dan Rita
Marley serta beberapa kerabat keluarga Marley bermunculan. Rasta adalah
jelas pembentuk musik Reggae yang dijadikan senjata oleh Bob Marley
untuk menyebarkan Rasta keseluruh dunia. Musik yang luar biasa ini
tumbuh dari ska yang menjadi elemen style American R&B dan
Carribean. Beberapa pendapat menyatakan juga ada pengaruh : folk music,
musik gereja Pocomania, Band jonkanoo, upacara - upacara petani, lagu
kerja tanam, dan bentuk mento. Nyahbingi adalah bentuk musik paling
alami yang sering dimainkan pada saat pertemuan - pertemuan Rasta,
menggunakan 3 drum tangan (bass, funde dan repeater : contoh ada di
Mystic Revelation of Rastafari). Akar reggae sendiri selalu menyelami
tema penderitaan buruh paksa (ghetto dweller), budak di Babylon, Haile
Selassie (semacam manusia dewa) dan harapan kembalinya Afrika. Setelah
Jamaica merdeka 1962, buruknya perkembangan pemerintahan dan pergerakan
Black Power di US kemudian mendorong bangkitnya Rasta. Berbagai
kejadian monumentalpun terjadi seiring perkembangan ini.

"Apa sih Reggae"

Reggae
sendiri adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan
Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas
menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus - putus
tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang 'berkotbah'
dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Meski banyak
keuntungan komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika),
pemerintah yang ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan
aspek politis Rastafarinya. "Reg-ay" bisa dibilang muncul dari anggapan
bahwa reggae adalah style musik Jamaika yang berdasar musik soul
Amerika namun dengan ritem yang 'dibalik' dan jalinan bass yang
menonjol. Tema yang diangkat emang sering sekitar Rastafari, protes
politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada sebelumnya (ska
& rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika -
Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga mengisi 'lubang - lubang'
iringan yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae kontemporer,
permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis
dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem dan bertitik berat
pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.

"Ngga asli Jamaika lho!"

Reggae
memang adalah musik unik bagi Jamaika, ironisnya akarnya berasal dari
New Orleans R&B. Nenek moyang terdekatnya, ska berasal berasal dari
New Orleans R&B yang didengar para musisi Jamaika dari siaran radio
Amrik lewat radio transistor mereka. Dengan berpedoman pada iringan
gitar pas - pasan dan putus - putusadalah interprestasi mereka akan
R&B dan mampu jadi populer di tahun 60an. Selanjutnya semasa musim
panas yang terik, merekapun kepanasan kalo musti mainin ska plus
tarinya, hasilnya lagunya diperlambat dan lahirlah Reggae. Sejak itu,
Reggae terbukti bisa jadi sekuat Blues dan memiliki kekuatan
interprestasi yang juga bisa meminjam dari Rocksteady (dulu) dan bahkan
musik Rock (sekarang). Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan
sehari-hari, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja ato
rumah yang jadi semacam semangat saat kondisi sulit dan mampu
memberikan kekuatan dan pesan tersendiri. Hasilnya, Reggae musik bukan
cuma memberikan relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai,
kesatuan dan keseimbangan serta mampu mengendurkan ketegangan.

"It's Influences"


Saat
rekaman Jamaika telah tersebar ke seluruh dunia, sulit rasanya
menyebutkan berapa banyak genre musik popular sebesar Reggae selama dua
dekade. Hits - hits Reggae bahkan kemudian telah dikuasai oleh bintang
Rock asli mulai Eric Clapton sampai Stones hingga Clash dan Fugees.
Disamping itu, Reggae juga dianggap banyak mempengaruhi pesona tari
dunia tersendiri. Budaya 'Dancehall' Jamaika yang menonjol plus sound
system megawatt, rekaman yang eksklusif, iringan drum dan bass, dan
lantunan rap dengan iringannya telah menjadi budaya tari dan tampilan
yang luar biasa. Inovasi Reggae lainnya adalah Dub remix yang sudah
diasimilasi menjadi musik populer lainnya lebih luas lagi.

musik indonesia membosankan

Berikut ini merupakan fakta-fakta yang terjadi di sekitar kita, yang mengakibatkan dunia musik Indonesia menjadi membosankan, antara lain :



Plagiat


Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.


Di Indonesia sendiri banyak plagiator-plagiator yang tidak mengakui bahwa dirinya plagiat (meskipun banyak juga yang tidak plagiat, namun pamor mereka kalah oleh yang plagiat), baik itu penyanyi solo, group band, pengarang lagu dan banyak lagi. Mereka beralasan, hanya meng-influence aliran/genre musiknya saja, dan itu sudah menjadi satu senjata andalan bagi mereka untuk beralasan. Dan ketika salah satu penyanyi solo atau group band sukses dengan ke-plagiator-annya, maka yang lain sepertinya berlomba-lomba untuk mengikuti jejak plagiator sukses tersebut. Dan akhirnya, semakin membosankan musik Indonesia.


Note : Di sini ane tidak akan menampilkan contoh dari plagiator-plagiator tersebut, demi menjaga nama baik mereka. Mungkin dari rekan-rekan pastinya sudah tahu siapa saja dan group band mana saja yang jelas-kelas telah menjadi plagiator.


Lip-sync


Lip-sync atau lip-synch adalah istilah teknis untuk pencocokan gerakan bibir dengan suara. Dalam sebuah konser musik atau siaran langsung di televisi, lip sync merupakan hal yang kontroversial.


Di negara China, kementrian kebudayaan telah mengeluarkan kebijakan tentang lip sync pada bulan Agustus 2009. Kementerian mengeluarkan kebijakan itu karena menilai bernyanyi lip sync termasuk kebohongan publik. Dan sebulan dari itu, dua penyanyi China, Starlets Yin Youcan dan Fang Ziyuan kedapatan hanya bercuap-cuap saat mereka konser di Provinsi Sichuan. Mereka di denda sekitar 80 ribu yuan atau RRp. 110 juta sekaligus menjadi korban pertama kebijakan kementrian kebudayaan. Kebijakan itu dikeluarkan karena pada tahun 2008, panitia Olimpiade Beijing melakukan tindakan kontroversial. Memasang gadis muda yang bernyanyi lip sync saat upacara pembukaan Olimpiade. Panitia beralasan tindakan itu dilakukan karena penyanyi sebenarnya tidak cukup cantik untuk ditunjukkan ke seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, lip sync menjadi sesuatu yang wajar dan pelaku nya pun sepertinya nyaman-nyaman saja (yang penting di bayar kata "mereka"). Banyak acara-acara pagelaran musik yang menggunakan "jasa" lip sync, baik itu di siarkan langsung oleh televisi maunpun tidak. Dan acara tersebut sukses menyedot penonton dan menaikkan rating acara tersebut mengakibatkan menjamurnya acara "lip sync show" di berbagai stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia. Namun, banyak juga acara-acara konser musik yang tidak menggunakan "jasa" lip sync, seperti : indiefest, soundrenalin, dan banyak lagi.

Tema Lagu Yang Sama


Dalam hal pemilihan judul lagu, hampir semua penyanyi, group musik, ataupun pencipta lagu memiliki tema yang sama. Ini membuat semakin membosankannya musik di Indonesia. Ketika seorang penyanyi atau group musik memiliki sebuah lagu yang sukses dengan tema, misalkan "selingkuh", maka dengan serempak penyanyi atau group musik yang lain membuat lagu dengan tema tersebut (meskipun tidak semua, tetapi kebanyakannya begitu). Mereka mencoba peruntungannya dengan tema lagu tersebut, meskipun dengan musik seadanya. Dan ini sangat-sangat menyedihkan.


Pemaksaan Karakter


Mungkin hanya di Indonesia saja yang memiliki aktris/aktor segala bidang. Pemain sinetron, penyanyi, pemain film layar lebar, penulis lagu, presenter, dan sebagainya bersatu dalam satu karakter. Mereka menyebutnya "Aktris/aktor Serba Bisa". Apakah dengan begitu, bisa disebut "serba bisa"? Belum tentu!. Karena banyak contoh yang memperlihatkan ke-lucu-an tersebut. Seseorang yang tidak memiliki bekal, bahkan bakat dalam dunia musik di paksakan untuk terjun kedalam dunia musik, maka yang terjadi adalah ke-lucu-an. Mereka menggunakan label keartisannya untuk mendongkrak popularitas di dunia musik. Memang itu hak mereka untuk berbuat seperti itu, tapi apakah mereka melihat hak orang lain?!. Namun, banyak juga yang asalnya terjun di dunia perfilm-an yang akhirnya hijrah ke dunia musik dan sukses.


Selain dari kalangan artis, banyak juga dari sekelompok orang yang mencoba untuk sukses di dunia musik. Dan bagi mereka yang tidak memiliki bakat dalam dunia musik, akhirnya akan tenggelam seiring dengan bermunculannya sosok-sosok yang memiliki bakat di dunia musik.


Kekuasaan Ada di Tangan Major Label


Mungkin inilah penentu seseorang atau sekelompok orang sukses atau tidaknya mereka dalam dunia musik. Dan ini merupakan fakta yang sangat jelas. Major Label-lah yang mengelola rekaman suara dan penjualannya, termasuk promosi dan perlindungan hak cipta. Mereka biasanya memiliki kontrak dengan artis-artis musik dan manajer mereka. Dan sepertinya sudah tidak perlu di jelaskan lagi, bagaimana major label - major label yang ada di Indonesia, sudah tahu sama tahu. Kekuasaan Major Label bisa sampai ke kreativitas atau improvisasi para musisi yang di kontraknya (mungkin di Indonesia saja). Dan hampir semua Major Label di Indonesia seperti itu!


Namun di luar fakta di atas, ane hanya ingin menyampaikan sedikit kritik tanpa maksud menyinggung atau melecehkan seseorang, sekelompok atau bahkan negara sendiri. Ini demi kemajuan Musik Indonesia. Dan bagi seseorang, sekelompok atau yang lainnya, yang merasa tersinggung atau tercemarkan nama baiknya, ane mohon maaf. BANGUN MUSIK INDONESIA! 

source: http://o-onews.blogspot.com/2010/09/5-fakta-musik-indonesia-membosankan.html

Selasa, 25 Januari 2011

traditional musik indonesia

1.gendang




 2.angklung
 3.suling


4.gamelan
1.gamelan





2. angklung 



 3.suling




4. gendang




Musik Tradisional Minangkabau Dari Masa Ke Masa

Pengembangan musik tradisional yang cenderung mengarah kepada penyesuaian keperluan apresiasi masyarakat masa kini yang dinamis dan perilaku yang serba cepat, maka pertimbangan Pengembangan musik tradisional mengarah pula kepada penempatan dinamika musikal sebagai dasar disain dramatik penggarapan musik itu sendiri.

menggarap konsep pengembangan musik tradisional yang disesuaikan dengan keperluan seni pertunjukan. Adanya pengembangan berarti dinamika sebuah garapan musik yang berdasarkan kepada pengembangan musik tradisional telah membuka peluang terhadap beberapa jenis musik tradisional yang mempunyai pola melodi ataupun ritme dinamis yang mendapat tempat mengisi bahagian-bahagian dalam komposisi musik baru.
Yang masuk kategori lagu daerah di nusantara ini adalah antara lain : - Ayam Den Lapeh (Minangkabau) - Butet (Batak) - Lancang Kuning (Melayu Riau) - Jali-Jali (Betawi) - Bubuy Bulan (Sunda) - Rek Ayo Rek (Jawa Timur) - Hela Rotane (Maluku) - Jaje Nak Ee (Bali) - Yamko Rambe Yamko (Papua) Melalui kreativitas seniman, lagu-lagu daerah seperti di atas telah memakai iringan dengan alat musik yang pada umumnya pula berasal dari alat musik barat sehingga lagu-lagu daerah tersebut digolongkan kepada lagu pop daerah.
Inspirasi musikal dalam hubungannya dengan penciptaan musik baru biasanya dipunyai oleh para seniman musik dan itu tidak dapat diprogramkan di lembaga pendidikan formal karena bakt kesenimanan itu sudah menjadi bawaan atau karunia yang diperolehnya semenjak dari lahir. Kenyataan seperti itu bisa kita lihat di lembaga-lembaga pendidikan formal bahwasanya mata pelajaran yang berhubungan dengan komposisi musik yang diajarkan seperti yang tertera di kurikulum namun hasilnya mahasiswa yang berbakat juga yang dapat mampu menyelesaikan dengan baik tanpa banyak rintangan dan kendala.
Kehadiran musik juga sangat menentukan dalam mengungkapkan ekspressi tarian tetapi sifatnya hanya sebagai pengiring tari, dan penggarapan musik dalam hal ini terikat dengan tradisional ke bentuk komposisi musik yang mempunyai beberapa konsepsi ideal, pengembangan beberapa musik tradisi yang dianggap dapat disatukan atas pertimbangan kemampuan seseorang dalam mencermati hubungan unsur-unsur musikal yang sebelumnya berada pada musik tradisi masing-masing untuk kemudian disatukan dalam bentuk baru.
Dibandingkan antara pengembangan musik tradisional dalam komposisi musik baru dengan persoalan pengembangan musik tradisional dalam iringan tari (musik tari) yang sangat terikat dengan keperluan tari, maka terasa peluang kebebasan kreatif dalam menciptakan komposisi musik baru cukup banyak. Oleh sebab itu, seniman yang bergerak dalam kreativitas komposisi musik baru berpeluang menjaring ‘trend’ komposisi musik baru dunia untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses penciptaan.

Jenis-jenis alat musik tradisionaasak Lombok l Santara

Jenis-jenis alat musik tradisionaasak Lombok l Santara lain:
  1. Genggong
    Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari pelepah daun enau.Secara etimologis kata genggong bersala dari kata â€Å“gengâ€� (suara tinggi) disebut genggong lanang dan â€Å“gongâ€� (suara rendah) disebut wadon, sehingga musik genggong selalu dimainkan secara berpasangan. Musik genggong secara orkestra dapat dimainkan dengan alat musik yang lain seperti petuq, seruling, rincik dan lain-lain.
  2. Rebana Burdah
    Sebuah bentuk alat musik hasil akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Rebana Burdah dipadukan dengan syair-syair pujian terhadap Allah SWT dan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dipetik dari kitab karya sastra Arab â€Å“Al Baranziâ€�.
  3. Gambus
    Alat musik petik dengan menggunakan dawai sebagai sumber suara (bunyi) yang digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Dapat dimainkan secara bersama-sama atau sendiri.
  4. Mandolin
    Alat ini merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang mempunyai senar dan dimainkan seperti biola. Sering dipakai untuk mengiringi tari rudat dan lagu-lagu tradisonal. Alat musik ini dapat dipadukan dengan alat musik lainnnya untuk mengiringi lagu-lagu tradisional.
  5. Preret
    Preret adalah sebuah alat pengiring tarian, lagu maupun orkestra. Alat musik ini dijumpai hampir diseluruh wilayah Indonesia.
  6. Barong Tengkok
    Merupakan salah satu jenis musik orkestra Lombok, terdiri dari krenceng enam pasang, satu buah gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon yang berfungsisebagai tempat reog sebuah gong dan tiga buah seruling sebagai pembawa melodi. Disebut barong tengkok karena salah satu alatnya (reog) diletakkan pada bentuk barong yang dibawa dengan ditengkokkan
  1. Dikatakan pada lirik yang dinyanyikan sebelum bangkit menari:Tiang lanang beli bagus Beli bagus bau rauh Kasunane tarik bebunga Sedang pengibing (penari) seolah kumbang yang merindukan bunga. Dahulu ditengah arena obor bambu setingggi datu setengah meter (sekarang digunakan lampu petromaks yang sering diletakkan di luar arena). Antara si penari gandrung dengan pengibing berkejar-kejaran mengelilingi obor tersebut. Ini disebut â€Å“bekeleokangâ€�. Atau sesekali saling ‘kejitinâ€� (main mata) dengan berbatasan obor.
  2. Selama ngibing dilakukan sering pengibing berbuat nakal dengan menyentuh bagian tubuh penari utama, bahkan ada yang mencoba beradu pipi. Untuk menghindari hal seperti itu ia dilengkapi dengan â€Å“senjataâ€�, yaitu ujung runcing dari gempolan yang merupakan bagian dari hiasan kepala yang disebut gelungan. Kalau pengibing tidak segera menghindar akan kena tusukan benda tajam tersebut.
    Parianom, bagian ketiga ini merupakan perpanjangan dari bagian kedua. Gending pengiring yang disebut parianom tidak menggunakan seluruh instrumen orkestra gandrung. Yang berperan adalah redep dan suling dibantu suara gendang, petuk dan rincik. Dalam bagian ini penari gandrung akan melengkapi tariannya dengan nyanyian yang disebut â€Å“besanderanâ€�. Sekarang lariknya tidak lagi dalam bahasa daerah tetapi dalam bahasa Indonesia.
    jenis keramaian lainnya yang menghadirkan orang banyak. Instrumen gandrung dalam bentuk orkestra terdiri dari pemugah, saron, calung, jegogan, rincik, petuk, terompong, gender, redep dan suling.
  3. Gendang Beleq
    Disebut gendang beleq karena salah satu alatnya Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq (gendang besar).
    Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika.
    Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq, disebut juga â€Å“copekâ€�. Perembak ini paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera merah atau kuning yang disebut lelontek.
    Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan digunakan.
    Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan.
    Pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya
    Pakaian penari gandrung terdiri atas kain batik, baju kaos lengan pendek, gelungan (penutup/hiasan kepala), bapang, lambe, ampok-ampok, gonjer. Seangkan pakaian pengibing adalah baju, kain, dodot dan sapuq. Pertunjukan biasanya dilakukan pada malam hari. Lama seluruh pertunjukan lebih kurang 3 jam. Untuk setiap babak (satu pengiring) lamanya rata-rata sepuluh menit.
    Tari gandrung benar-benar merupakan tari rakyat pada arena terbuka yang dilingkari penonton dan fungsinya semata-mata untuk hiburan. Gandrung tesebar pada beberapa desa di pulau Lombok antara lain Gerung dan Lenek di Lombok Timur. Gandrung ‘ditanggep� orang untuk pesta perkawinan dan sunatan. Tetapi dewasa ini bergeser fungsinya menjadi hiburan rakyat dalam rangkaian hari-hari besar nasional atau sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontok.
  4. Cilokaq
    Musik ini terdiri dari bermacam-macam alat yakni:
    - Alat petik, gambus ada dua buah masing-masing berfungsi sebagai melodi dan akrod.
    - Alat gesek, biola ada dua buah keduannya berfungsi sebagai pembawa melodi.
    - Alat tiup, suling dan pereret yang berfungsi sebagai pembawa melodi.
    - Alat pukul, gendang ada tiga buah, msing-masing berfungsi sebagai pembawa irama, pembawa dinamika dan tempo, juga sebagai gong. Rerincik dugunakan sebagai alat ritmis

Nama Alat Musik Tradisional Khas Daerah Adat Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara Indonesia

1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD
Alat Musik Tradisional : TT
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana, Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik
4. Provinsi Riau
Alat Musik Tradisional : TT
5. Provinsi Jambi
Alat Musik Tradisional : TT
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Alat Musik Tradisional : TT
7. Provinsi Lampung
Alat Musik Tradisional : TT
8. Provinsi Bengkulu
Alat Musik Tradisional : TT
9. Provinsi DKI Jakarta
Alat Musik Tradisional : TT
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Alat Musik Tradisional : TT
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Alat Musik Tradisional : TT
14. Provinsi Bali
Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Alat Musik Tradisional : Cungklik
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Alat Musik Tradisional : TT
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Alat Musik Tradisional : TT
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Alat Musik Tradisional : Babun
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Alat Musik Tradisional : TT
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Alat Musik Tradisional : TT
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Alat Musik Tradisional : TT
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Alat Musik Tradisional : TT
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi, Popondi, Keso-Keso, Lembang
25. Provinsi Maluku
Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa
26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Alat Musik Tradisional : TT
Lain-Lain :
- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa
- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti
- Kolintang berasal dari daerah Minahasa
- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Talindo berasal dari daerah Sulawesi
- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di Jawa
- Kledi berasal dari daerah Kalimantan
- Serunai berasal dari daerah Sumatera
Keterangan Singkatan :
TT = Tidak Tersedia
Keterangan :
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.

Musik tradisional

Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek
Instrumen Musik Perkusi.
Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya.
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.
Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)
Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.
Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.
Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari, wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.
Instrumen Musik Petik
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan
Instrumen Musik Gesek.
Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.
Instrumen Musik Tiup
Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.
Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.

Musik Tradisional Sunda Adaptif, Terdapat 347 Genre Musik Sunda

Bandung, Kompas - Musik tradisional Sunda mudah beradaptasi. Salah satu pendorongnya adalah kreativitas dan inovasi yang tinggi dari para senimannya. Hampir setiap dekade selalu muncul genre musik baru, yang bisa diterima oleh seni tradisional budaya lain.
"Musik Sunda berproses terus menerus. Tradisi tidak dipegang begitu saja dengan kaku, tetapi justru menjadi pijakan untuk pengembangan seni selanjutnya," tutur pencipta lagu Sunda, Nano Suratno, Jumat (17/3), di Bandung.
Menurut Nano, para seniman Sunda memiliki kebebasan yang memungkinkan kreativitasnya terus berkembang, dan tidak terkekang oleh tradisi. "Kalau ada pengaruh seni dari luar, tidak akan ditelan begitu saja, tetapi dimodifikasi dengan instrumen seni Sunda yang ada. Contohnya, ketika ada gitar, orang Sunda malah memain-kannya dengan suling, jadilah gitar dan suling atau tarling," kata Nano.
Sementara menurut Tatang Rohimin (59), Ketua Kelompok Musik Tradisional Gending Kawangi, inovasi itu dimungkin-kan karena musisi memiliki pendidikan yang tinggi. Di kelompoknya, kata Tatang, sebagian besar pemusik anak muda. Namun, tahun ini ia merekrut para pemusik senior berusia 80-an untuk menciptakan kerja sama antara pemusik muda dan tua agar inovasi musik makin berkembang. Lintas budaya
Ismet Ruchimat, Ketua Komunitas Sambasunda, dan dosen Jurusan Seni Karawitan, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung, mengatakan, musik Sunda berkembang karena konsepsi musik rakyatnya kuat.
Selain itu, lanjut Ismet, pekerjaan orang Sunda sebagai petani huma yang hidup berpindah-pindah membuatnya lebih fleksibel. Tahun 1987, tercatat ada 347 genre musik Sunda. Genre yang cukup besar adalah gamelan, kecapi, dan musik-musik dari instrumen bambu.
"Genre yang cukup besar pengaruhnya adalah genre wanda anyar karya Mang Koko, yang memiliki struktur, komposisi, melodi, dan harmoni baru dengan syair sosial," ujar Ismet.
Sementara itu, Nano Suratno memopulerkan prakpilingkung atau keprak, kecapi, suling, dan angklung dengan mencipta kawih Sunda. Sekitar 1970-an, Gugum Gumbira menciptakan jaipongan. "Musik jaipong punya konsep musik yang sangat baik, mampu memasuki budaya lain di Indonesia, bahkan internasional," kata Ismet menambahkan.
Beberapa bagian dari musik jaipong, kata Ismet, seperti kendang jaipong dipakai oleh grup musik jazz Krakatau.
Sayang, lanjut Ismet, terjadi penurunan minat mahasiswa untuk belajar musik Sunda di institusi pendidikan. Sementara di kalangan masyarakat, penurunan minat itu terjadi, tetapi tidak besar. Di Karawang, misalnya, masih banyak anak muda yang bermain musik tradisional. Padahal di luar negeri, peminat musik Sunda cukup tinggi. Ismet menjadi dosen tamu di berbagai universitas, antara lain Ohio University dan Virginia University.
"Saat ini yang menjadi persoalan, bagaimana membuat generasi muda ingin tahu musik Sunda," tutur Ismet.
Melalui komunitas Samba Sunda, Ismet mencoba membangkitkan minat generasi muda terhadap musik Sunda, yaitu dengan memainkan kolaborasi musik Sunda dengan musik barat yang sedang populer. (D11/ynt)

Musik tradisional

Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Kegiatan ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi peserta juga kepada masyarakat luas sehingga musik tradisional dapat berperan sebagai hiburan untuk menjalankan bisnis para pengusaha.

Alat Musik Tradisional di Nanggroe Aceh Darussalam

PendahuluanKesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal. Kebudayaan merupakan “Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Itu berarti bahwa kesenian juga merupakan hasil budi dan karya manusia.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kesenian berarti perihal seni atau keindahan. Kesenian berasal dari kata dasar seni. Kata seni merupakan terjemahan dari bahasa asing “Art” (bahasa Inggris) istilah “Art” sendiri sumbernya berpangkal dari bahasa Itali, yaitu “arti”. Perkataan “arti” ini dipergunakan pada zamannya untuk menunjukkan nama sesuatu benda hasil kerajinan manusia pada masa perkembangan kebudayaan eropa klasik, yaitu pada zaman yang dinamakan orang dengan sebutan Renaissance di Italia. Dari “arti” menjadi “art”, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi seni. Selalu dihubungkan dengan perasaan keindahan.

Seni adalah sesuatu yang indah yang dihasilkan manusia, penghayatan manusia melalui penglihatan, pendengaran dan perasaan. Seni merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung jiwa seseorang, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihat (seni lukis) atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama). Namun yang akan dibahas lebih lanjut yaitu berhubungan dengan seni suara khusus “seni musik”

Pengertian Musik
Istilah Musik berasal dari kata Mousal dari bahasa Yunani, yaitu sembilan dewi yang menguasai seni, seni murni dan seni pengetahuan. Tetapi, umumnya musik selalu dikaitkan dengan sejumlah nada yang terbagi dalam jarak tertentu.Dalam istilah masa kini ada 2 jarak yaitu Diantoni dan Pentagonis.

Dalam tulisan ini mencoba menjelaskan dan memaknai alat musik dari nada dengan jarak Pentagonis yaitu : yang memiliki nada lima jenis bunyi yang kedengarannya seolah-olah alamiah, maka ia menjadi salah satu ciri khas bunyi instrument tradisional, yang alatnya terbuat dan terbentuk dari bahan yang tersedia di alam sekitarnya, seperti kayu, bambu, logam, tanduk, kulit hewan dan lain sebagainya.

Perkembangan MusikDalam sejarah kehidupan manusia, musik merupakan bagian yang hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri.

Musik oleh manusia dijadikan sebagai media untuk menuturkan sesuatu dari dalam jiwanya yang tidak mampu dibahasakan melalui bahasa konvensional. Seni musik merupakan bagian dari proses kreatif manusia dalam mengolah bunyi-bunyian yang tercipta oleh alam. Unsur bunyi alam seperti suara unggas, denting kayu, gesekan bambu, rintik hujan dan sebagainya, diolah ke dalam bentuk instrumen musik yang tercipta dari tingkat ketrampilan dan pemahaman seniman tentang keselarasan bunyi instrumen dengan ritme kehidupan alam lingkungan sekitarnya.

Asal-usul tentang bunyi instrumen musik menurut para ahli dilahirkan dari segala upaya manusia meniru suara alam. Usaha manusia dalam keadaan seseorang diri terekam dalam kondisi lingkungannya yang diam, sepi dan membungkam. Saat itu manusia merasakan kekosongan bathin dan kesendirian dirinya. Suasana ini dapat terjadi ketika berada di kebun malam hari, dalam perjalanan, menghadapi masalah pelik, berada dalam transisi jenjang kehidupan biologis, harga diri yang terluka, kedukaan dan suasana spikologis lainnya.

Lahirnya musik tradisional tidak secara spontan. Bunyi-bunyian tercipta dari upaya manusia dalam meniru suara alam, suara bintang, kicauan burung, desau angin dari gesekan yang terjadi dari dalam pohon dan sebagainya. Dengan latar belakang penciptaan yang sama, beberapa alat musik yang tercipta memiliki banyak kesamaan, baik dari bahan, cara pembuatan, bentuk dan cara memainkannya. Kesamaan instrumen yang dihasilkan menunjukkan adanya kontak antar kelompok masyarakat.

Sementara itu menurut Curt Sach, tumbuh dan berkembangnya suatu musik melalui proses evaluasi. Musik yang paling tua sekali adalah berbentuk tepukan-tepukan pada anggota badan manusia. Untuk membedakan warna bunyinya mereka menepukkan tangannya ke bagian perut dengan mengembungkan dan mengecilkan perutnya. Perkembangan selanjutnya, manusia melalui musik menggunakan bahan-bahan kayu dan bambu sebagai alat musik.

Musik terdapat dalam setiap kebudayaan. Musik pada awalnya juga dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sakral dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan dan adat. Musik dipergunakan sebagai sarana untuk membangkitkan semangat, menyemarakkan suasana, mengiringi gerak tari dan sebagai media kesurupan (trance).

Di daerah-daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali serta beberapa daerah lainnya musik dipergunakan untuk penobatan raja, menyambut tamu kehormatan, pemberangkatan perang, perayaan kemenangan dan lain-lain.

Pada perkembangan selanjutnya, seni musik juga berkembang sebagai bentuk seni pertunjukan dengan sasaran hiburan semata-mata. Sedangkan pemanfaatnya ada yang semata-mata untuk tujuan menghasilkan bunyi-bunyian, sebagai tanda tertentu ataupun sebagai pengiring lagu, syair dan tari.Musik Alat musik ini dalam menghasilkan bunyi dipraktekkan dengan ditiup, dipukul, digesek dan dipetik.
Di sumatera, musik tradisional juga dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan Arab dan Barat. Sebagai contoh, setelah datangnya pengaruh Arab muncul kesenian yang menggunakan rebana dengan menyenandungkan syair-syair keagamaan. Kemudian berkembang musik gambus untuk mengeringi lagu-lagu, tari maupun instrumental. Musik gambus ini selain menggunakan alat musik petik, juga dimainkan alat-alat musik lain seperti gendang, seruling, juga menggunaka biola, terompet dan accordion yang merupakan pengaruh barat.

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia merupakan salah daerah yang kaya akan kebudayaan. Sejarah telah membuktikan semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil di masa silam sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya hingga dewasa ini Aceh tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Aceh.

Walaupun musik tradisional masih tetap dipelihara, dikembangkan dan dipegelarkan oleh pencinta dan pendukung-pendukungnya sampai dewasa ini namun tidak mungkin akibat penetrasi unsur-unsur luar/kebudayaan luar, nilai-nilai budaya Aceh akan menjadi suram ataupun mungkin menjauh/menghilang dalam masyarakat.

Oleh karena itu dalam tulisan ini mencoba menginventaris kembali serta memperkenalkan alat-alat musik tradisional Aceh yang masih eksis maupun yang hampir punah untuk dikembangkan kembali serta dihayati karena ini merupakan suatu warisan yang harus tetap dijaga dan dipelihara kelestariannya. yang nantinya bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jenis-Jenis Alat Musik Di NAD

Arbab

Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai.


Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.

Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.

Serune Kalee (Serunai)
Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.


Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.

Rapai
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.


Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng (rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.

Geundrang (Gendang)
Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.

Tambo
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.


Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.

Taktok Trieng
Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis :

Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini.
jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).


Bereguh
Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.
Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang, diperkirakan telah mulai punah penggunaannya.


Canang
Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

Celempong
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.


Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.

riwayat keroncong

RIWAYAT KERONCONG

1.Dari Portugis ke Jawa

CAFRINHO kiteng santadu, Lanta pio bata-bata, Cafrinho kere andakaju, Tira terban naji sako, Pasa pasa na bordumaar, Ola nabi kare nabiga, Vilu vilu nangkorsang mal, Nungku atja justisa,Dangli di dandang, Belu kordang barla bongbang, Ung makas mante nomau, Koro bala ungjong jifrau.
Dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya demikian: Kafrinyo sedang duduk bermain, Angkat kaki sambil berdansa, Kafrinyo mau permisi pulang, Angkat topi beri selamat, Jalan-jalan di pantai laut, Lihat kapal sedang berlayar, Anak-anak jangan berpikir jahat, Akan tersangkut perkara polisi, Hanya bicara tak ada artinya, Menari dansa sambil bergaya, Uang sesenpun tak ada di tangan, Tetapi berani meminang.

Berbeda dibandingkan lagu keroncong pada umumnya yang mendayu-dayu, lagu-lagu yang dibawakan oleh anak-anak muda komunitas Kampoeng Toegoe dari Jakarta Utara ini membawakan lagu berjudul Cafrinho (baca: kafrinyo) itu dengan lebih khas, riang, penuh semangat! Irama lagunya pun lebih cepat dibanding musik keroncong umumnya. Ini terjadi pada tahun 2000.

Pada masa yang sama, keroncong sebenarnya sedang mengalami sejumlah perkembangan yang siknifikan. Maraknya kesenian rakyat campursari di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian wilayah Jawa Tengah sejak tahun pertengahan tahun 1999 memperlihatkan bahwa seni tradisi masih berakar di tengah kehidupan masyarakat. Hal ini dikatakan Dr Felicia Hughes-Freland, antropolog dari University of Wales Swansea, Inggris, ketika memaparkan materi perkembangan seni tayub Desa Munthuk, (Kabupaten Bantul Yogyakarta) di Pusat Pengkajian Kebudayaan dan Perubahan Sosial (PPKPS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 25 Agustus 1999.

Dr Felicia Hughes melihat gejala menguatnya aspek-aspek lokal itu diduga merupakan bagian dari semacam semangat perlawanan atau counter culture terhadap dominasi budaya global. Antropolog yang menulis disertasi berjudul The Search For Sense: Dance in Yogyakarta yang terbit tahun 1986 itu menilai, perkembangan bentuk kesenian campursari seperti campursari tayub, campursari angguk, atau campursari angguk dan jatilan seperti yang terjadi di DIY dan wilayah Jawa Tengah lainnya, sebenarnya berlawanan dengan konsep kesenian adiluhung, yang umumnya berkesenian dengan pembatasan-pembatasan tertentu dan mempertahankan keaslian.

Ini terjadi karena budaya Indonesia sedang dalam masa transisi. Diharapkan para seniman keroncong yang masih mempertahankan bentuk keaslian keroncong dapat melakukan perubahan, sehingga bisa mengubah struktur estetika yang diacu masyarakat. Keberlanjutan keroncong dengan sendirinya perlu dilakukan dengan mengadakan pendekatan atau bahkan pembauran dengan musik lain.,

Karena keroncong sebenarnya bukanlah musik yang kaku. Kolaborasi dengan jenis musik lainnya akan membuat keroncong semakin kaya warna. Yang lebih penting lagi, keberlanjutan musik keroncong akan lebih menjanjikan. Kalau tidak, kita akan tertinggal dari Malaysia yang saat ini sudah mulai mengembangkan keroncong.

Apakah musik keroncong akan mati dan hanya tinggal menjadi barang museum musik nasional kita? Tentunya pertanyaan ini bisa menyinggung dan melukai perasaan para musisi keroncong walau mereka melihat fakta ke arah itu sangat jelas..

Pertanyaan tentang masa depan musik keroncong, disikapi dengan arif oleh tokoh keroncong asal Solo, Andjar Any, yang tidak tidak sependapat dengan banyak kalangan yang memprihatinkan masa depan musik keroncong. Karena katanya perubahan dalam musik keroncong harus dilihat sebagai air yang terus mengalir. Kalau dalam perjalanan air itu mesti tersangkut pada sesuatu, memang harus demikian, dan anggaplah itu sebagai bagian dari proses perjalanan.

Kerisauan sejumlah kalangan bahwa kemerosotan yang dialami musik keroncong, antara lain, lantaran terdesak oleh berkembangnya musik campursari, menurut pencipta lagu Yen Ing Tawang Ono Lintang dan Jangkrik Genggong ini, sebaliknya disikapi sebagai proses perkembangan musik secara umum.

Munculnya musik campursari yang pada awalnya berangkat dari musik keroncong asli dan langgam, yang merupakan kreativitas dan kebebasan berkesenian untuk senantiasa melakukan pengembangan. Campursari tetap menggunakan dasar-dasar keroncong. Ada yang cenderung ke musik karawitan, ada yang cenderung ke keroncong. Tetapi semua itu merupakan bagian dari perjalanan musik keroncong, sehingga apa pun bentuknya tidak masalah karena membuktikan bahwa musik keroncong tidak mandek. Tentu saja pengembangannya pakem dan kaidah dasar musik keroncong harus dicairkan atau harus lebih luwes. Kemerosotan musik keroncong antara lain disebabkan pakem dan kaidah yang dianggap kaum muda membelenggu.

Walau demikian sempat juga kalangan musik keroncong terkejut ketika Juhartono atau yang leboh dikenal sebagai Jujuk Eksa meng-congcut (keroncong-dangdut)-kan Words grup legendaris The Bee Gees arau kemudian Rama Aiphama meng-disco-reggae-kan Dinda Bestari.

Sementara Manthous dengan Grup Campursari Maju Lancar Gunungkidulnya menjadi kiblat para pencinta lagu-lagu langgam Jawa. Musik garapannya tidak sekedar memadukan musik tradisi Jawa (gamelan) dengan alat musik diatonis seperti gitar, keyboard, dan lainnya. Dia membuat padanan nada dengan skala diatonis, dengan cara menyetel seluruh gamelan.

Musik yang digarapnya menampilkan kekhasan campursari dengan langgam-langgam Jawa, juga ada rock, reggae, gambang kromong, tembang Jawa murni seperti kutut manggung dengan gamelan yang diwarnai keybord dan gitar bas.

Anak-anak muda yang tergabung dalam grup musik Krontjong Toegoe, kelihatannya tidak mau ketinggalan. Mereka membawakan lagu Cafrinho yang digubah dalam bait-bait pantun bersambut dengan syair bahasa Portugis dengan semangat kaum muda yang dinamis.

Di Portugal-negeri, yang disebut sebagai asal musik keroncong, gaya yang dimainkan grup musik Kroncong Toegoe disebut moresco. Hingga kemudian masyarakat di Indonesia menyebutnya sebagai keroncong Moresko. Grup musik Krontjong Toegoe, yang dulu dikenal dengan pemusik-pemusiknya yang rata-rata berusia lanjut, sekarang sudah beranggota generasi baru.

Meski Kampoeng Toegoe sudah tidak lagi seperti dulu, sementara orang-orang Tugu pun sudah banyak yang pindah, namun lewat musik yang dikenal sebagai Krontjong Toegoe masih bisa berwisata ke masa lalu. Paling tidak, sekarang ada anak-anak muda Kampoeng Toegoe yang menjadi motor penggerak grup musik Krontjong Toegoe.

Kehadiran keroncong ini berawal dari jatuhnya Malaka dari Portugis ke tangan Belanda pada abad ke 16, sekitar tahun 1590. Orang-orang Portugal yang umumnya tentara keturunan berkulit hitam berasal dari Bengali, Malabar, dan Goa, ditawan dan dibawa ke Batavia. Baru sekitar tahun 1661 mereka dibebaskan setelah diangap tidak berbahaya dan tetap dibiarkan memiliki senjata yang sebelumnya dipergunakan untuk perang. Senjata-sejanta itu kemudian menjadi alat pencari nafkah, yaitu berburu babi hutan.

Mereka bemukim di rawa-rawa teluk Jakarta yang sedang berkecamuk wabah malaria dan influensa. Kawasan itu dinamakan Belanda Tanah Mardika. Dari sinilah menurut Prof. Mr. Dr. Soekanto dalam bukunya Dari Djakarta ke Djajakarta, asal nama mardijker (bahasa Sansekerta mahardhika yang berarti merdeka). Nama itu pada jaman penjajahan Belanda diberikan ke pada budak yang mereka bebaskan, vrijgelentene, yakni yang telah dimerdekakan.

Banyak dari orang-orang Portugis bekas tawanan itu pindah ke kawasan lain Jakarta, antara lain Kemayoran. Mereka yang pindah itu berasimilasi dengan golongan Tionghoa dan Belanda. Sementara yang tetap berada di Tanah Merdeka membentuk komunitasnya sendiri, mardikers dan membangun komunitas yang kemudian dikenal sebagai orang Kampoeng Toegoe, dengan pekerjaan sebagai bertani, berburu, dan mencari ikan.

Sebagaimana budak-budak asal Afrika di Amerika yang di kala senggang seusai mengerjakan sawah-ladang atau berburu mengisi waktunya dengan bermain blues, musik ratapan kaum tertindas, begitu pula dengan para mardikers. Dengan peralatan sederhana berupa alat musik petik mirip gitar kecil berdawai lima yang mereka sebut matjina serta djitera (gitar), seruling dan rebana mereka memainkan lagu-lagu dari tanah kelahirannya, dengan musik yang dominan suara crong…crong…crong dari matjina, yang kemudian dikenal sebagai ukulele.
Mereka berusaha membangun suasana gembira di tengah penderitaan sebagai bekas orang buangan di serambi rumah, bawah pohon sambil menikmati indahnya bulan purnama dan sepoi-sepoi angin pesisir membawakan lagu Moresco:

"Anda-anda na boordi de more, Mienya corsan nunka conteti, Yo buska ya mienya camada, Nunka sabe ele ya undi, Yo buska ya minya amada, Yo buska ele tudu banda, isti corsan teeng tantu door, Yo pronto fula e strella, booster nunka ola un tenti? Fula e strella nunka reposta, Mienya corsan nunka contenti, O bie oki mienya amada, Mienya noiba, moleer bonito, Yo espara con esparansa, E canta cantigo moresco(Berjalan-jalan di pantai, Hatiku gundah gulana, Aku mencari kekasih, Entah berada di mana,Kucari kekasihku, Calon isteri jantung hati, Kucari dimana-mana, Hatiku teramat duka, Kutanya bunga dan bintang, Kau lihatkan seseorang? Bunga dan bintang tak menjawab, Hatiku gundah gulana, O datanglah kekasihku, Calon istriku, O juwitaku, kunanti penuh harapan, Sambil berdendang lagu Moresco).

Syair lagu Moresco berbahasa Portugis dengan dialek Tugu ini diterjemahkan ke bahasa Belanda oleh A.Th Manusama pengarang buku Krontjong als muziekinstrument, als melodie en als gesang (penerbit Boekhandel G. Kolff & Co, Batavia, 1919). Dari bahasa Belanda Kusbini menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.

Menurut A,Th Manusama lagu Moresco berasal dari kata Moor, yakni golongan bangsa Arab yang banyak mepengaruhi jalan sejarah dan kebudayaan Eropa Selatan dan Asia. Bangsa Moor pernah menguasai semenanjung Iberia yang terletak antara laut Atlantik dan laut Mideterania di barat-daya Eropa pada bada ke 8, sekarang kawasan ini dikuasai Spanyol dan Portugal. Bangsa Portugis menggolongkan lagu tersebut sejenis lagu gondala (em>gondel lied), lagu pendayung sampan.

Sementara Amir Pasaribu dalam bukunya Musik dan Selingkar Wilayahnya menyatakan moresko berasal dari sebuah tarian Portugis, moreska. Lagu Moresko bersama
Nina Bobo, Prounga dan Cafrinho bisa dikatakan adalah lagu-lagu keroncong pertama, yang oleh Kusbini disebut keroncong Portugis, untuk membedakan dengan keroncong asli Indonesia yang lahir kemudian.

Kampung Tugu terletak di sebelah utara - timur pelabuhan Tanjung Priok dan terbagi 2 kelurahan, Kelurahan Tugu Utara dan Kelurahan Tugu Selatan yang dibelah jalan Pelumpang Semper dan flyover jalan Tol Pelabuhan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lagoa dan Kelurahan Kalibaru, sebelum berhadapan dengan Laut Jawa.

Kawasannya ini tentu bukan lagu rawa-rawa, melainkan sudah menjadi tempat permukiman yang padat penduduk dengan segala fasilitas kehidupan modern seperti Rumah Sakit Tugu, Komplek Perumahan Imigrasi, Komplek Pertamina, gereja, kelenteng, masjid, sekolah, pasar dan komplek Kramat Tunggak yang sekarang menjadi Islamic Center. Lokasinya lebih mudah dicapai dari Kawasan Berikat Nusantara (Nusantara Bonded Warehouse) Cakung. Telusuri saja jalan Cacing (Cakung - Cilincing), begitu bertemu jalan Tugu Raya belok ke kiri. Setelah bertemu pasar dan Rumah Sakit Tugu, di sanalah pemerintahan penjajah Belanda membuang serdadu Portugis yang kalah perang sekitar 4 abad silam.

Waktu itu Kampung Tugu ditempuh melalui sungai Cakung dan Kali Semper. Setelah menyusuri pantai Cilincing dari pelabuhan Pasar Ikan. Meskipun tidak dilakukan lagi, sekarang juga sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang sama. Tapi tentu saja dengan tersedianya jalan sebagai transportasi masa kini cara bersampan yang dulu itu nyaris tidak dilakukan lagi, kecuali oleh para nelayan penangkap ikan. Sampan-sampan yang memasuki kali Cakung pada jaman Belanda, sejak kedatangan Jepang tahun 1942 tidak berfungsi lagi.

Disebut Kampung Tugu karena nama Tugu dimaksudkan sebagai tanda batas, versi lain mengatakan Tugu berasal dari kata Portugis, por tugu esa. Dari latar belakang sejarah, katanya di sana pernah ditemukan sebuah batu berukir berbentuk krucut bundar dan bertulis huruf Palawa dalam bahasa Sansekerta dari abad ke 4 dan ke 5 Masehi. Batu itu kemudian disebut sebagai Prasasti Tugu.
Adolf Heuken SJ dalam bukunya Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta(Yayasan Cipta Loka Caraka, 1997) menyebutkan bahwa Prasasti Tugu merupakan peninggalan arkeologis paling tua, yang membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat. Batu-batu besar serupa, yang bertuliskan nama Raja Purnawarman, ditemukan di tempat-tempat lain di Jawa Barat. Raja ini memerintah sebuah kerajaan yang disebut Tarumanegara. Nama itu mungkin berkaitan dengan nama sungai Citarum, yang mengalir melalui Bendungan Jatiluhur dan bermuara di Laut Jawa, 20 kilometer timur laut dari Tugu.

Tempat ditermukannya Prasasti Tugu disebut Batu Tumbuh, prasastinya sendiri sudah disimpan di Museum Nasional sejak tahun 1911. Yang memiliki nilai sejarah paling tua di Kampung Tugu sekarang adalah sebuah gereja yang berusia sekitar 3,5 abad, yaitu Salib Suci. Bangunannya memang bukan berasal dari abad ke 17, melainkan sudah dibangun kembali dua kali hingga bentuknya yang sekarang.
Meskipun bangunannya yang asli telah beberapa kali direnovasi, sepintas bentuknya mirip bangun yang pertama, sederhana. Dinding dicat putih, dengan jendela dan pintu berwarna coklat. Di depan gereja terdapat kuburan, pendiri gereja, Melchior Leydecker.

Gereja yang dibangun tahun 1678 itu awalnya terbuat dari kayu Tahun 1738 diperbaik karena rusak dan lapuk, disebut Gereja Tugu yang kedua. Lonceng yang dibangun di sisi gereja makin melengkapi penampilan gereja kedua ini. Gereja ketiga dibangun tidak persis di lokasi semula, namun beberapa ratus meter dari gereja yang rusak akibat sebuah peristiwa kerusuhan. Lonceng gereja yang ada saat ini adalah replika lonceng yang dibuat bersama gereja kedua.

Kehidupan sehari-hari masyarakat di Kampung Tugu sekarang ini tidak berbeda penduduk ibukota lainnya. Tapi sekarang warga keturunan Portugis menjadi minoritas, karena padatnya penduduk pendatang. Keluarga Andre J Michiels yang tinggal tidak jauh dari Gereja Tugu atau keluarga Martinus Cornelis yang rumahnya berada paling timur di seberang Jalan Cacing, mereka memang terpencar sejak dulu. Ketika nenek moyang mereka mendiami tempat itu pada tahun 1661, masih berupa rawa-rawa. Lalu mereka mengolah lahan menjadi sawah atau kebun.

Di samping bertani, dulu keturunan Portugis di Kampung Tugu juga menangkap ikan di kali atau di laut. Mereka berburu babi hutan atau celeng di hutan-hutan sekitarnya. Hasil buruan mereka yang kemudian dibuat dendeng asin, dikenal sebagai dendeng Tugu yang lezat dengan kualitas yang sulit dicari tandingannya.

Sebagai daerah pertanian, kala itu Kampung Tugu memiliki tradisi pesta panen yang biasanya dilakukan setelah selesai menuai padi di sawah. Dalam pesta yang biasanya diadakan setiap bulan Agustus itu, warga menyisihkan sebagian hasil panennya, ternak, atau hasil kebunnya kepada gereja.

Gereja-melalui panitia yang dibentuk kemudian menjual buah panen itu dan hasilnya diserahkan untuk kepentingan gereja. Seiring tergusurnya daerah pertanian dan perkebunan menjadi permukiman padat dan tempat usaha, warga Kampung Tugu tidak mengenal lagi pesta panen.

Hingga menjelang akhir tahun 1990-an, masih ada keroncong keliling oleh anak-anak muda sambil mengunjungi rumah-rumah pada tengah malam Natal. Mereka menyapa setiap rumah dengan nyanyian dalam bahasa Portugis. Lalu saling bersalaman dengan tuan rumah. Pesta Natal berlanjut dengan perayaan Tahun Baru, yang dimeriahkan dengan orkes keroncong. Mereka bermain musik, menyanyi, dan menari. Pada hari Minggu pertama setelah pergantian tahun, diadakanlah pesta mandi-mandi. Sekarang ini tidak ada yang basah dalam pesta mandi-mandi, sebab mereka hanya saling mengolesi bedak cair ke wajah. Mandi-mandi konon adalah simbol saling membersihkan diri dan saling memaafkan.

Warga keturunan Portugis yang tinggal di sekitar Gereja Tugu tahun 2006 diperkirakan kurang dari 100 keluarga dan sudah berdarah campuran. Tapi tinggal di luar Kampung Tugu atau daerah lainnya, diperkirakan sekitar 200-an keluarga. Jumlah itu sebetulnya sangat kecil dibanding kemampuan mereka bertahan yang hampir empat abad.

Keportugisan mereka mulai pudar meski di tubuhnya tetap mengalir darah Portugis, karena mereka menganut sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal. Banyak yang terpaksa melepas fam (nama keluarga) karena kawin dengan keturunan Manado, Maluku, Timor, Jawa, atau Tionghoa. Pada mulanya terdapat belasan fam di Kampung Tugu. Namun karena faktor perkawinan campur tadi atau karena tidak memiliki anak laki-laki, beberapa fam tidak terpakai lagi. Angkatan ke sembilan dari keturunan Portugis sekarang tersisa enam fam: Michiels, Andries, Abrahams, Browne, Quiko, dan Cornelis.

Warga muda Kampung Tugu memiliki tradisi bermain keroncong keliling sambil mengunjungi rumah-rumah warga pada malam Natal. Pemilik rumah baru mau membuka pintu jika pimpinan rombongan telah mengucapkan salam berbahasa Portugis: Pisingku dia di Desember, nasedu di nos Sior jamundu Libra nos pekader unga ananti dikinta ferra asi klar kuma di dia unga anju di Sior asi grandi diallergria. Asi mow boso tar. Dies lobu Sua da bida cumpredae lampang kria so podeer, Santu Justru.(pada tanggal 25 Desember, Tuhan telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Juru Selamat, agar barang siapa yang percaya kepada Dia tidak binasa, melainkan mendapat hidup yang kekal, dan hendaklah kita dapat menaruh harapan kepada-Nya).

Kebiasaan itu dimaksudkan untuk menghargai peristiwa keagamaan sekaligus untuk menurunkan tradisi berbahasa Portugis di kalangan anak muda. Rosalie Gross dalam bukunya De Krontjong Guitar (Uitgeverij Tong Tong, Den Haag, 1972), A.Th. Manusama dan penerbit Naesens & Co menyatakan bahwa lagu-lagu kroncong yang populer semasa penerintahan Belanda bukanlah lagu-lagu keroncong Indonesia yang berkembang sampai sekarang. Rosalie menjelaskan bahwa kroncong adalah peninggalan Portugis dan Indo Belanda dengan menyebutkan dua tokoh musik yang pernah tinggal di Indonesia, yaitu Paul Seelig (1876-1945) dan Fred Belloni (1991-1969).

Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan bermusik itu terhenti. Sekitar tahun 1970-an, atas inisiatif Yakobus Quiko, didirikanlah Grup Poesaka Moresko Toegoe. Namun, akibat kurangnya minat kaum muda terhadap musik keroncong, grup ini pun perlahan-lahan bubar.

Sekitar tahun 1988, Arend J Michiels yang juga Ketua IKBT (Ikatan Keluarga Besar Tugu), merasa terpanggil untuk mengangkat kembali kejayaan musik keroncong ini dengan mendirikan grup Krontjong Toegoe yang seluruh anggota pemainnya adalah orang-orang muda. Sejak saat itu, dari waktu ke waktu, proses regenerasi dalam grup Krontjong Toegoe selalu dipertahankan.

Empat Michiels bersaudara, Andre yang pada tahun 2006 berusia 39 tahun, Arthur James 37 tahun, Sartje Margaretta 36 tahun dan Milton Augustino 29 tahun, bahu-membahu bersama beberapa anak muda Kampung Tugu lainnya menjaga warisan para leluhur mereka.

Kalau ada tawaran untuk tampil. mengumpulkan pemain memang tidak mudah. Andre terpaksa kerja keras mengumpulkan teman-temannya yang sudah tersebar di berbagai tempat di luar Kampung Tugu, termasuk mencari pemain pengganti karena anggota grupnya pindah bekerja ke kota lain.

Meskipun masih tergolong muda, hampir semua lagu lama yang dicipta para pendahulunya bisa mereka mainkan. Dengan modal banyak bertanya dan mendengar, mereka yang kini bekerja di berbagai bidang kehidupan kota besar itu tetap berusaha melestarikan warisan leluhurnya yang tersisa.

Jika keturunan bangsa Portugis berusaha melestarikan lagu-lagu keroncong dengan bahasa asli mereka, perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa kita juga mampu menghasilkan lagu-lagu keroncong dalam bahasa Indonesia, bahkan hingga berbahasa daerah seperti langgam keroncong dan campusari yang berlirik bahasa Jawa.

Diawali lagu Kembang Kacang tahun 1924 yang disebut sebagai lagu keroncong Extra (tambahan), kemudian lahir eneka jenis lagu langgam Jawa lainnya seperti Tok Lelo Lelo Le Dung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Cah Ayu Ojo Lamis, Kecik, Kecik, Kopi Susu, sementara dari Jawa Barat kita mengenal Badjing Luncat, Sangkuriang, Es Lilin. Lagu-lagu itu selain berbahasa daerah asalnya juga dipengaruhi kesenian dan budaya masing-masing.

Salah satu langgam keroncong sebagai contoh adalah Caping Gunung, karya Gesang tahun 1973:

Saben bengi nyawang konang, Yen memajang mung karo janur kuning, Kembang wae weton gunung, Pacitan sarwi jenang, Panas udan aling-aling caping gunung, Najan wadon sarta lanang, Minumane banyu bening, Dek jaman berjuang, Nyur kelingan anak alang, Biyen tak openi, Gek saiki ana ngendi, Jarene wis menang, Kuturuan sing digadang, Biyen ninggal janji, Gek saiki opo lali, Neng gunung tak condongi sega jagung, Yen mendung tak silihi caping gunung, Sukur bisa nyawang, Nggunung desa dadi rejo, Nggone pada lara apa.

Dalam bahasa Indonesia berarti: Tiap malam lihat kunang-kunang, Menangkapnya dengan janur kuning, Bunga saja dari gunung, Camilannya serba jenang, Panas hujan memakainya caping gunung, Biar itu wanita atau pria, Saat jaman berjuang, Terus ingat anak negeri, Dulu kucukupi, Tapi kini entah di mana, Katanya sudah menang, tercapai yang dicitakan, Dulu pernah janji, Mungkin dia lupa kini, Di gunung kuberikan nasi jagung, Saat mendung kukenakan caping gunung, Sukur nampak kini, Gunung, desa jadi ramai, Jadi tidak hilang, Bekasnya tempat berjuang. 


 GAMBAR ALAT ALAT MUSIK KERONCONG: